Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal PlOS ONE mengungkap bahwa balet bersifat sihir. Balet mampu memengaruhi, menenggelamkan, dan mengajak penonton menjadi penari itu sendiri.
Sorine Jola, pakar neurosains kognitif dari University of Surrey, Inggris, mengatakan bahwa penonton balet menunjukkan respons spesifik di otak yang membuat mereka merasa seolah-olah pemain balet unggulan.
"Padahal, mereka jelas tidak dapat melakukan gerakan yang sebenarnya," kata Jola yang melakukan penelitian seperti dikutip New York Times, Senin (26/3/2012).
Penelitian Jola berfokus pada otot yang disebut carpi radialis ekstensor yang menghubungkan lengan atas dengan tangan. Diketahui bahwa otot ini banyak digunakan oleh pebalet.
Jola menggunakan metode yang disebut transcranial magnetic simulation untuk mengukur aktivitas otak. Diketahui, sifat sihir khas dimiliki oleh balet, bukan tarian lain.
Jola juga meneliti efek tari Bharatanatyam dari India dengan melihat respons pada jari tangan. Namun, ia tak menjumpai pengaruh seperti pada balet.
Tak jelas sebab pengaruhnya berbeda pada balet. Namun, Jola menduga bahwa hal tersebut terkait dengan gaya tarian.
"Balet adalah bentuk tarian yang formal. Tari India, walau klasik, memiliki banyak gestur, jadi Anda punya perasaan bahwa Anda bisa mengerti narasinya dengan mudah," kata Jola.
Sumber: sains.kompas.com
0 komentar:
Post a Comment