Lebih dari 100 Juta orang di seluruh dunia terkena bahan kimia beracun pada tingkat berbahaya. Polutan ini antara lain radionuklir, bahan kimia industri, pestisida dan logam berat, yang berasal dari kegiatan pertambangan, industri pertanian, dan pembuatan senjata.
“Ruang lingkup dampak kesehatan akibat polutan secara global sebanding dengan AIDS/HIV, atau malaria, dan hal ini mengharuskan kita mengambil tindakan untuk menangani masalah ini”, kata Richard Fuller, Presiden LSM York City, Blacksmith Institute.
Ada banyak wilayah yang telah sangat tercemar di seluruh dunia, sehingga sulit bagi para ahli untuk memilih tempat yang sangat tercemar, tetapi sepuluh daftar berikut adalah yang paling tercemar di dunia untuk setiap jenis polutannya (versi Blacksmith Institute):
1. Polusi Udara: Linfen, China
Menurut salah satu laporan Bank Dunia, 16 dari 20 kota yang memliki polusi udara terburuk ditemukan di Cina dan Linfen merupakan kota yang memiliki tingkat polusi udara tertinggi.
Kota ini berada di Provinsi Shanxi, merupakan pusat industri batu bara nasional. Di sini, emisi dari kendaraan dan industri telah menciptakan suasana di mana orang benar-benar akan tersedak oleh debu batubara. Tingginya kadar polutan seperti debu, karbon monoksida, sulfur dioksida dan arsen selalu mengancam tiga juta penduduknya.
Bahkan klinik dokter disini melihat tingkat penderita kanker bronchitis, pneumonia, kanker paru-paru, dan keracunan timbal pada anak-anak yang tinggi merupakan hal yang umum.
2. Bahan Kimia Industri: Bhopal, India
Dalam hal jumlah kematian, Bhopal merupakan wilayah dengan kecelakaan industri terburuk. Pada Desember 1984, 40 ton gas isosianat bocor dari sebuah pabrik pestisida dan menyebar ke seluruh kota yang berpenduduk 1,8 juta orang ini. Kecelakaan itu langsung menewaskan hampir 4.000 orang dan jumlah korban tewas meningkat menjadi 15.000 orang dalam minggu-minggu berikutnya.
“Lebih dari 26 tahun telah berlalu sejak bencana, namun ribuan di Bhopal terus menderita dan meninggal akibat penyakit kronis, dan sebanyak 500.000 orang yang menderita sakit sebagai akibatnya,” kata Dr Mariann Lloyd-Smith seorang penasihat senior Nasional Toxic Network, sebuah LSM Australia yang berbasis di Bangalow NSW.
Pada tahun 1989, Union Carbide (perusahaan AS yang bertanggung jawab) menyetujui penyelesaian ganti rugi, namun sebagian besar korban tidak mendapatkan ganti rugi yang cukup untuk menutupi biaya pengobatan. Wilayah tersebut tidak pernah dibersihkan dan masih berisi kolam penguapan dimana limbah beracun tersebut dibuang. Air tanah yang telah terkontaminasi terus meracuni warga hingga hari ini. Banyak bayi di masyarakat yang terkena dampak sehingga lahir dengan cacat bawaan dan Cerebral Palsy dan penduduk yang meminum air tanah yang terkontaminasi memiliki resiko penyakit kulit, saluran pernafasan dan pencernaan.
3. Merkuri: Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia
Konsentrasi terbesar dari orang yang beresiko terkena polusi merkuri di Indonesia. Di sini, di provinsi Kalimantan Tengah, merkuri umumnya digunakan untuk mengekstrak emas dari bijih dengan skala kecil operasi pengolahan. Menurut WWF, pertambangan emas rakyat di sini menghasilkan emisi 45 ton merkuri ke lingkungan setiap tahunnya. Di seluruh dunia, itu menyumbang lebih dari 900 ton emisi, sekitar 30 persen dari seluruh emisi merkuri.
Penambang emas mencampurkan merkuri cair dengan lumpur atau bijih dari dasar sungai yang mengandung bintik-bintik kecil emas. Emas dan merkuri membentuk suatu campuran, yang kemudian akan dipanaskan untuk memisahkan emas dan merkuri sehingga didapatkan emas murni. Namun hal ini sering dilakukan di dalam rumah dan siapa pun di dekatnya beresiko mengirup uapnya.
“Ada banyak kerusakan lingkungan, karena merkuri dapat bereaksi di alam, dimana merkuri dapat berubah menjadi methylmercury, yang lebih berbahaya bagi kesehatan manusia jika tertelan,” kata Profesor Ian Rae, seorang ahli pencemaran lingkungan di University of Melbourne.
PBB saat ini sedang merundingkan perjanjian yang diharapkan akan mengarah pada manajemen yang lebih baik dari merkuri, termasuk penggantian bahan kimia dengan alternatif yang lebih aman, seperti boraks.
4. Pestisida: Kasargod, India
Endosulfan, pestisida organik sekarang dilarang di banyak negara, telah bertanggung jawab untuk keracunan di Afrika, India dan Amerika Latin, kata Dr Lloyd-Smith dari National Toxic Network. Di Afrika Barat, ratusan petani kapas telah meninggal akibat dari paparan, dan banyak lainnya akibat dari memakan makanan yang terkontaminasi pestisida tersebut, katanya.
“Di Kasargod, Selatan India, 20 tahun penyemprotan perkebunan kacang mete telah meninggalkan warisan penyakit, kematian dan cacat. Banyak efek kongenital, reproduksi, dan neurologis jangka panjang dan efek lainnya telah terjadi, termasuk cacat bawaan, , epilepsi, IQ rendah, keterlambatan perkembangan, dan kanker”.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kasargod District Committee melaporkan tingkat kecacatan 73 persen lebih tinggi dari rata-rata Negara Bagian Kerala, dengan tingkat kecacatan lokomotor dan keterbelakangan mental 107 persen lebih tinggi.
“Pemerintah Negara Bagian Kerala berusaha untuk memberikan pengobatan bagi mereka yang terkena dampak dan telah terdaftar 2.000 korban. Kompensasi telah dibayarkan kepada beberapa, termasuk kepada keluarga yang anggota keluarganya termasuk dalam 135 korban yang telah meninggal,” kata Lloyd-Smith. “Endosulfan dan metabolit beracunnya ditemukan di seluruh dunia dalam ASI manusia dan darah tali pusar”.
Setelah fase keluar diumumkan pada tahun 2010, endosulfan dapat secara legal digunakan dengan pendaftaran di Australia sampai 12 Oktober 2012.
5. Limbah Pabrik Senjata Kimia: Dzerzhinsk, Russia
Dzerzhinsk memiliki status sebagai salah satu wilayah utama bekas Uni Soviet untuk produksi senjata kimia dan tetap menjadi wilayah pabrik senjata kimia yang signifikan. Tetapi sedikit dari industri senjata kimia itu yang benar-benar diatur, dan menurut angka lebih dari 270.000 ton limbah kimia dibuang sembarangan antara tahun 1930-1998.
Menurut Blacksmith Institute: “Di tempat tersebut, bahan kimia telah mengubah air menjadi lumpur putih yang mengandung dioksin dan tinggi fenol (zat kimia industri yang dapat menyebabkan keracunan akut dan kematian). Tingkat pencemaran ini dilaporkan 17 juta kali lipat diatas batas kadar aman “.
Pada 2007, angka harapan hidup rata-rata di kota tersebut sekitar 250.000 orang dan dilaporkan menjadi 42 untuk pria dan 47 untuk wanita.
6. Kimia Organik: Sumgayit, Azerbaijan
Sumgayit merupakan salah satu pusat industri Soviet dengan lebih dari 40 pabrik yang memproduksi bahan kimia industri dan pertanian. Dalam masa kejayaan pabrik-pabrik tersebut (yang memproduksi mulai dari deterjen dan pestisida hingga klorin dan aluminium), menghasilkan limbah 64.000 hingga 109.000 ton emisi berbahaya ke udara setiap tahun.
Saat itu kota ini merupakan salah satu kota dengan tingkat morbiditas tertinggi di Azerbaijan. Tingkat insiden kanker saat ini dari 22 persen menjadi 51 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional, sementara tingkat kematian akibat kanker delapan persen lebih tinggi.
7. Timbal: Tianying, China
Di seluruh dunia, diperkirakan 19 juta orang beresiko terkena efek timbal dari peleburan bijih atau dari daur ulang besi tua. Tianying, Kota di Provinsi Anhui adalah salah satu pusat industri pertambangan dan pengolahan timbal negara, dan menyumbang sekitar setengah dari produksi timbal di Cina.
Penambangan skala kecil terkenal karena tidak patuh pada peraturan, sehingga telah menghasilkan konsentrasi timbal di udara dan tanah menjadi 8,5 dan 10 kali lebih tinggi dari standar kesehatan nasional.
3140.000 orang beresiko kesehatannya, dan banyak warga yang dilaporkan keracunan timbal, yang mengakibatkan Encephalopathy Lead, IQ rendah, sulit berkonsentrasi, kesulitan belajar, hiperaktif, gangguan pertumbuhan fisik, masalah pada pendengaran dan visual, sakit perut, iritasi usus, kerusakan ginjal, dan kerusakan otak.
8. Heksavalen Kromium: Sukinda, India
Heksavalen Kromium (Kromium VI), merupakan salah satu dari dua bentuk logam bersifat karsinogen yang dapat menyebabkan atau meningkatkan kemungkinan mengembangkan beberapa jenis kanker. Sukinda, di negara bagian Orissa, memiliki 97 persen dari cadangan bijih kromium di India (salah satunya sumber kromium) dan juga salah satu tambang kromium terbuka terbesar di dunia.
Pada 2007, 12 tambang terus beroperasi tanpa rencana pengelolaan lingkungan, sehingga menyebarkan batuan limbah di daerah sekitarnya dan air yang terkontaminasi mengalir ke dalam sungai. Pekerja tambang yang biasa terkena debu Kromium IV dan air yang terkontaminasi menderita pendarahan gastrointestinal, TBC, asma, infertilitas, dan cacat lahir.
Dalam beberapa kasus, terdeteksi bahwa kadar Kromium IV dalam air minum di wilayah tersebut telah terpapar sebanyak dua puluh kali standar internasional untuk Kromium IV. Orissa Voluntary Health Association melaporkan bahwa sekitar 85 persen kematian di daerah pertambangan dan industri desa di dekatnya memiliki kaitan dengan daerah penambangan kromium.
9. Radiasi: Chernobyl, Ukraine
Dalam hal skala polusi dan jumlah orang yang terkena dampak, krisis reaktor nuklir Chernobyl 1986 benar-benar mengejutkan. Pada bulan April tahun itu, pengujian di reaktor menyebabkan bencana.
“Tiga puluh orang tewas langsung, 135.000 orang harus dievakuasi dan beberapa perkiraan menunjukkan bahwa hingga 5,5 juta orang di seluruh Eropa utara mungkin telah menderita sakit akibat kecelakaan tersebut, meskipun beberapa efek kesehatan telah terbukti secara definitif”, kata Profesor Rae dari University of Melbourne.
Hingga hari ini, jarak 30 kilometer sekitar kota tetap berbahaya karena mengandung radioaktif dan tidak dihuni
10. Persistent organic pollutants (POPs): Arctic Canada
POPs adalah bahan kimia organik yang bereaksi sangat lambat di lingkungan, seperti heksaklorobenzena atau DDT. Senyawa ini sering digunakan dalam produk industri, produk sampingan atau pestisida.
Senyawa ini terakumulasi dalam lingkungan Kutub Utara dan pada hewan yang berada disana dan terkonsentrasi di paus dan anjing laut dan makanan tradisional yang dimakan Inuit (masyarakat Kutub Utara Kanada). Air susu dan darah masyarakat Kutub Utara Kanada terkontaminasi POPs dan bahan kimia lainnya.
Satu bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam produksi perawatan noda, asam perfluorooctanoic (PFOA) kadarnya mencapai dua kali lipat di lingkungan Kutub Utara setiap lima tahun. Masyarakat Arktik berjuang untuk kelangsungan hidup mereka melawan salah satu hotspot terburuk daerah yang terkontaminasi. Burung dan hewan Arktik lainnya juga berada di bawah ancaman.
Sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/516f81700a75b4847000000a/10-tempat-paling-berpolusi-di-bumi/1