Skip Challenge atau pass out challenge tengah jadi tren di kalangan anak sekolah. Cara bermainnya adalah dengan menekan dada sekeras-kerasnya selama beberapa detik dan menyebabkan pemain kekurangan oksigen, lalu jatuh pingsan. Jika temannya kejang-kejang dan pingsan, maka mereka tertawa-tawa senang.
Permainan mematikan ini juga bisa dilakukan sendiri menggunakan tali yang dililitkan ke dada lalu ditarik, seperti mencekik leher sendiri. Namun, para remaja biasanya melakukan secara berkelompok atau lebih dari dua orang.
Jauh sebelum populer di Indonesia, permainan ini lebih dulu booming di negara Barat. Kejadian yang sama persis pun terjadi di sana. Banyak orangtua yang takut anaknya mati sia-sia karena terlibat dalam permainan Skip Challenge atau Chooking Game atau Pass out Challenge ini.
Motivasi
Orang yang melakukan aktivitas tersebut akan pingsan selama beberapa saat dan merasakan euforia. Dilansir dari nobullying.com, dengan Skip Challenge dapat merasakan sensasi mengganja tanpa memasukan obat terlarang itu. Jadi, timbul keinginan untuk mengulangi dengan intensitas yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pemain merasakan sensasi tertentu dan merasa tertantang.
Bahaya Skip Challenge
Dimuali dari penekanan dada yang cukup keras untuk menghalangi upaya napas, tapi tidak cukup keras untuk mengubah pola denyut jantung, akibatnya kadar oksigen darah menurun (hipoksia).
Ketika seseorang mengalami hipoksia, yang pertama kali akan terdampak adalah bagian otak. Kekurangan oksigen di bagian otak itulah yang menyebabkan penurunan kesadaran hingga kejang. Akibat fatalnya, hipoksia bisa menyebabkan kerusakan otak.
Hipoksia otak bila terjadi selama 4 menit akan menyebaban kerusakan otak yang bersifat permanen. Akibat berkurangnya pasokan darah ke otak, pemain Skip Challenge tidak hanya pingsan. Mereka pun bisa kejang-kejang yang berujung pada kematian.
Bahaya tren Skip Challenge sangatlah nyata, pada bulan Maret 2016, bocah 11 tahun asal Karolina Utara, Amerika Serikat, Da Vorious, ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi. Ia meninggal dunia saat mendapat penanganan pertama di rumah sakit.
Seperti dilansir NYdailynews.com, pihak keluarga menyatakan Da Vorious meninggal karena ikut mempraktikkan Skip Challenge. Tren berbahaya itu diketahui bocah tersebut dari media sosial.
Berdasarkan penelitian Oregon Health Authority pada 2012. Dalam kurun waktu 1995-2007, ada 82 kematian yang disebabkan Skip Challenge, anak yang meninggal berusia 6-19 tahun.
Sumber:
https://www.merdeka.com/peristiwa/ini-bahayanya-skip-challenge-yang-lagi-jadi-tren-abg.html
http://health.kompas.com/read/2017/03/10/160000023/inilah.yang.terjadi.pada.tubuh.ketika.lakukan.skip.challenge.
http://health.liputan6.com/read/2881430/bahaya-mematikan-intai-aksi-skip-challenge
http://health.liputan6.com/read/2881349/skip-challenge-permainan-mematikan-yang-viral-di-media-sosial
http://www.harianjogja.com/baca/2017/03/10/skip-challenge-tren-berbahaya-yang-kembali-ngetop-di-indonesia-800296
0 komentar:
Post a Comment