About Me

Thursday, 10 May 2012

Kiwi, Sahabat Sistem Pencernaan


Kiwi, penampakannya menyerupai buah sawo. Bulat lonjong, berwarna cokelat, dengan bulu-bulu halus di sekujur permukaan kulit. Daging buahnya berwarna hijau atau kuning dengan biji-biji hitam kecil yang renyah. Menyajikan perpaduan rasa manis dan asam.

Di balik kenikmatan yang tersaji, Kiwi menawarkan kepadatan nutrisi (nutrient density) tertinggi dibandingkan semua buah segar lain. Selain kandungan vitamin C yang tinggi, buah khas Selandia Baru ini mengandung senyawa unik: actinidin.

Actinidin merupakan enzim protease yang berperan penting membantu proses pencernaan protein dan penyerapan di usus. "Berfungsi mencerna protein sehingga mudah diserap tubuh," kata ujar pakar gizi dari Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono.

Proses pencernaan protein yang optimal menjadi penting mengingat manfaatnya bagi tubuh. Protein merupakan zat pembangun yang bertugas mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Protein juga berperan menjaga metabolisme tubuh bekerja dengan baik.

Berdasar penelitian Riddet Institute, Massey University dan Zespri International, actinidin membantu pencernaan protein lebih lengkap dan lebih cepat dibandingkan pencernaan normal. "Terutama jenis Kiwi hijau," kata Fiastuti.

Sebagai gambaran, sistem pencernaan dalam tubuh terjadi di sepanjang saluran kerongkongan hingga usus. Terbagi tiga proses besar: penghancuran makanan di mulut hingga lambung, penyerapan sari-sari makanan di usus, dan pengeluaran sisa-sisa makanan melalui usus besar.

Dalam proses penghancuran makanan itulah, tubuh membutuhkan sejumlah enzim pencernaan. Selain protease sebagai penghancur protein, ada lipase yang berfungsi sebagai penghancur lemak, dan amilase sebagai penghancur karbohidrat.

Tak hanya kiwi yang mengandung enzim pencernaan. Nanas mengandung bromelain. Pepaya mengandung papain. Semua senyawa itu juga bermanfaat untuk memaksimalkan penghancuran protein dalam proses pencernaan.

Kandungan Serat Tertinggi

Selain enzim pencernaan, kebutuhan serat atau prebiotik juga menjadi elemen penting dalam proses pencernaan makanan. Dan, di antara jenis buah-buahan seperti pisang, apel, jeruk, pepaya, mangga, dan nanas, kiwi hijau terbukti memiliki kandungan serat tertinggi.

Fiastuti menjelaskan dua tipe serat. Pertama, serat larut yang membantu penyerapan gula lebih lambat, sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah tidak berlebihan dan tidak turun drastis. Jenis serat ini juga dapat mengikat lemak sehingga kadar lemak darah lebih stabil.

Kedua, serat tak larut yang membantu menjaga kesehatan usus, memberi makan bakteri baik, dan memperlancar buang air besar. Sel-sel usus yang sehat akan mencegah masuknya bakteri dan racun ke dalam tubuh, serta meningkatkan daya tahan tubuh.

"Kekurangan serat tak larut akan membuat kita susah buang air besar. Akibatnya, racun, bakteri, dan kotoran akan bertahan lebih lama di usus sehingga merusak sel-sel usus," kata Fiastuti.

Dengan keunggulan kandungan actinidin dan serat, pilih kiwi hijau untuk pencernaan protein lebih baik, menjaga kadar gula dan lemak dalam darah, serta kesehatan usus. Sementara kiwi kuning yang memiliki rasa lebih manis bisa menjadi pilihan untuk mengoptimalkan kebutuhan vitamin C.

Kiwi kuning memiliki kandungan vitamin C tertinggi dengan kemampuan terserap tubuh lima kali lebih tinggi dibandingkan suplemen. “Seluruh sel dan organ tubuh membutuhkan vitamin C yang tinggi agar bisa berfungsi optimal dan menjaga tubuh dari infeksi dan penyakit,” kata Fiastuti.

Penelitian Rutgers University di New Jersey membuktikan kiwi sebagai buah dengan kepadatan nutrisi terbaik. Kepadatan nutrisi adalah metode untuk menilai kualitas gizi bahan makanan. Semakin tinggi angkanya, kualitas makanan semakin baik.

Lewat buku berjudul 'The 150 Healthiest Foods on Earth', pakar nutrisi Dr Jonny Bowden pun tak ragu memasukkan kiwi dalam daftar 150 makanan tersehat di dunia. "Kiwi adalah salah satu makanan penyembuh yang tak bisa diremehkan," kata Bowden.

Sumber: vivanews.com

0 komentar:

Post a Comment