Kemegahan gunung Fuji sejak lama menjadi simbol dan kebanggaan masyarakat Jepang. Namun siapa nyana, gunung tertinggi di negeri berjuluk ‘Matahari Terbit’ itu menyimpan kisah yang membuat bulu kuduk merinding. Pasalnya, gunung ini kerap menjadi tempat favorit masyarakat Jepang untuk melakukan aksi bunuh diri.
Setiap tahun ditemukan puluhan jenazah di areal hutan lebat Aokigahara yang terletak di arah Barat Laut kaki Gunung Fuji. Jenazah-jenazah tersebut ditemukan dalam keadaan membusuk hingga yang sudah berbentuk tulang belulang di hutan yang dipenuhi pepohonan rindang tersebut.
Pemerintah setempat mencatat sepanjang tahun 1988 ditemukan 30 kasus bunuh diri di hutan 35 Km persegi tersebut. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1998 (10 tahun berselang), pemerintah setempat mencatat kasus bunuh diri bahkan meningkat dua kali lipat setelah ditemukan 74 jenazah di dalam areal hutan tersebut.
Biasanya, jenazah-jenazah itu ditemukan dalam posisi tergantung di dahan pohon lebat yang tumbuh di hutan tersebut. Selain itu, tidak sedikit pula para pelaku melakukan aksi bunuh diri dengan cara mengkonsumsi narkoba dosis tinggi hingga overdosis dan berujung kematian.
Tren ini membuat pemerintah setempat melakukan langkah antisipasi dengan memasang papan peringatan dan bantuan pemecahan masalah guna mencegah aksi bunuh diri tidak terjadi kembali di hutan ini. Tapi langkah itu justru malah membuat angka bunuh diri terus meningkat dan semakin mempopulerkan nama hutan Aokigahara sebagai tempat favorit untuk bunuh diri.
Pada tahun 2002, petugas kehutanan kembali menemukan 78 jenazah. Setahun berselang atau di tahun 2003, peningkatan terjadi setelah petugas kehutanan mendapati 100 jenazah berserakan di areal hutan tersebut. Begitu pula di tahun 2004 saat petugas kehutanan menemukan 108 jenazah.
Tren peningkatan ini membuat pemerintah setempat berhenti mempublikasikan angka-angka kasus bunuh diri di hutan ini demi menghilangkan keterkaitan hutan Aokigahara dengan tempat bunuh diri. Tapi langkah itu tidak ampuh, justru kasus percobaan bunuh diri terus meningkat di hutan tersebut.
Pada tahun 2010, petugas kehutanan mencatat terdapat 247 kasus percoban bunuh diri. 54 di antaranya berhasil melakukan niatnya untuk bunuh diri. Kenyataan ini tak pelak membuat hutan Aokigahara menjadi tempat bunuh diri favorit urutan pertama di Jepang dan kedua di dunia.
Tradisi bunuh diri sebenarnya sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Jepang. Tepatnya sejak era kehidupan para samurai. Namun kala itu, bunuh diri merupakan tradisi untuk menjaga kehormatan dan harga diri para samurai. Sedangkan kasus bunuh diri di masa kini lebih merupakan karena rasa putus asa berkepanjangan dan rasa frustrasi yang memuncak pada pelaku.
Ada yang mengkaitkan penyebab Aokigahara dijadikan sebagai lokasi favorit bunuh diri dimulai sejak diterbitkannya novel Nami no To (Menara Gelombang) pada tahun 1960 yang ditulis oleh Seicho Matsumoto. Di mana, novel itu menceritakan kisah percintaan dua kekasih yang berujung pada aksi bunuh diri keduanya di hutan tersebut.
Namun, sejarah lain mencatat jika tradisi bunuh diri di hutan Aokigahara telah ada sejak abad 19. Konon katanya tradisi ini disebabkan oleh ‘dorongan’ yang dilakukan oleh Yurei (roh jahat dari mereka yang telah mati di hutan ini).
Kisah kelam yang menyelimuti hutan ini pun mengundang ketertarikan masyarakat dunia. Pada tahun 2008, kisah kelam hutan ini pernah diangkat dalam program investigasi di acara televisi Amerika Serikat, Destination Truth.
Sumber: http://neomisteri.com/2012/07/hutan-ini-jadi-tempat-favorit-bunuh-diri
0 komentar:
Post a Comment