Hasilnya sejauh ini menjanjikan. Dalam studi yang melibatkan 40 percakapan yang direkam dengan video tape, sebuah sistem otomatis yang menganalisis gerakan mata dengan tepat mampu mengidentifikasi apakah subyek wawancara berbohong atau berkata jujur sebanyak 82,5 persen.
"Tingkat akurasinya lebih baik daripada interogator yang biasanya mendeteksi kebohongan dengan pertimbangan eksperimen," kata Ifeoma Nwogu, asisten profesor di UB Center for Unified Biometrics and Sensors (CUBS) yang membantu mengembangkan sistem tersebut.
Hasilnya, bahkan interogator yang berpengalaman sekalipun hanya memiliki rata-rata mendekati kebenaran sebesar 65 persen.
"Apa yang kami ingin pahami adalah apakah ada perubahan sinyal yang dipancarkan oleh orang-orang ketika berbohong dan bisakah mesin mendeteksinya? Jawabannya adalah iya dan iya," kata Nwogu seperti dilansir dari Medindia, Rabu (4/4/2012).
Setelah teknologi pendeteksi kebohongan dengan panas tubuh dan ekspresi wajah, sistem otomatis UB melacak ciri yang berbeda yaitu gerakan mata.
Sistem tersebut menggunakan teknik statistik untuk membuat model tentang bagaimana orang-orang menggerakkan matanya dalam dua situasi yang berbeda.
Selama percakapan biasa dan ketika menjawab pertanyaan yang dirancang untuk mendorong kebohongan.
Orang-orang yang pola gerakan matanya berubah antara skenario pertama dan kedua diasumsikan berbohong, sedangkan orang-orang yang memiliki gerakan mata yang konsisten diasumsikan mengatakan kebenaran.
Apa yang Nwogu dan timnya lakukan adalah menciptakan sebuah sistem otomatis yang dapat memverifikasi dan memperbaiki informasi yang digunakan oleh pengkode manusia agar berhasil mengklasifikasi pembohong dan orang yang jujur.
Langkah selanjutnya adalah memperluas jumlah subjek yang dipelajari dan mengembangkan sistem otomatis yang menganalisis bahasa tubuh selain kontak mata.Nwogu mengatakan bahwa meski sampelnya sedikit, namun hasilnya cukup mengesankan.
Peneliti pun menyatakan bahwa komputer mungkin mampu mempelajari perilaku manusia dalam jangka waktu yang pendek untuk membantu tugas-tugas yang cukup berat, bahkan bagi interogator yang berpengalaman sekalipun.
"Namun ini bukan berarti sebuah mesin siap untuk menggantikan kuesioner manusia, hanya saja komputer bisa menjadi alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi kebohongan," kata Nwogu.
Peneliti menggunakan 40 video rekaman percakapan untuk menetapkan gerakan mata yang normal dan mendasar bagi setiap subyek, terutama banyaknya kedipan dan frekuensi dimana subjek mengubah arah pandangannya.
Lalu peneliti menggunakan sistem otomatis tersebut untuk membandingkan gerakan mata dasar pada setiap subjek dengan gerakan mata selama sesi kritis dari setiap interogasi, titik dimana interogator berhenti menanyakan hal-hal biasa dan mulai bertanya untuk mengecek kebenaran perkataannya.
Jika mesin tersebut mendeteksi variasi gerakan mata dasar yang tidak biasa, peneliti memprediksi bahwa subyek itu berbohong.
Sumber: health.detik.com
0 komentar:
Post a Comment