Para ilmuwan menemukan fosil serangga penghisap darah kecil yang hidup sebagai parasit pada kelelawar. Serangga yang dikenal sebagai bat fly(lalat kelelawar) itu, telah menyebarkan penyakit malaria kelelawar sejak 20 juta tahun lalu.”Bat fly merupakan suatu kasus evolusi luar biasa dari hewan yang melakukan evolusi bersama kelelawar dan tidak bisa ditemukan di tempat lainnya,” kata George Poinar, ahli zoologi di Oregon State University yang memimpin penelitian tersebut.
Beberapa di antara serangga parasit jenis ini, hanya menghisap darah spesies kelelawar tertentu dan menghabiskan sebagian besar hidup mereka di sela-sela bulu atau pada membran kelelawar. Mereka memiliki bentuk rata, tubuh seperti kutu dengan kaki yang panjang, dan ada yang bersayap maupun tak bersayap. Demikian dilansir Live Science, Senin (6/2/2012).
Bat flytermasuk ke dalam satu dari dua keluarga streblidae dan nycteribiidae, yang masing-masingnya, sebagian besar ditemukan di belahan bumi Timur dan Barat. Saat ini, para ilmuwan baru mengidentifikasi lalat nycteribiid saja yang berperan sebagai vektor, atau penyebar malaria kelelawar, tapi peneliti sekarang telah mengetahui bahwa streblids juga bisa menyebarkan penyakit tersebut.
“Meskipun tidak ditemukan parasit malaria pada streblids yang masih ada saat ini, ada kemungkinan bahwa streblids adalah keturunan lalat paling awal yang menularkan malaria kelelawar ke Chiroptera (kelelawar),” tulis Poinar di salah satu penelitiannya yang dipublikasikan di jurnal Parasites & Vectors.
Berdasarkan fosil lainnya yang terbungkus getah dari tambang La Búcara, Poinar memperkirakan bahwa bat fly terperangkap di sana sekira 20 juta sampai 30 juta tahun yang lalu, meskipun ada juga kemungkinan rentang waktunya menjangkau 15 jut asampai 45 juta tahun yang lalu. Mengingat bahwa kelelawar sudah ada sejak masa 50 juta tahun silam, penemuan fosil serangga penghisap darah tersebut berarti bahwa bat fly telah menyerang kelelawar setidaknya setengah waktu keberadaan spesiesnya.
Fosil ini adalah lalat streblid pertama yang pernah ditemukan, mungkin karena serangga pada umumnya tidak bertahan dengan baik, kecuali mereka terjebak dalam sejenis zat pengawet seperti getah. Selain itu bat fly ini hanya meninggalkan kelelawar inangnya di masa kawin.
“Saya tidak bisa menemukan catatan fosil bat fly nycteribiid jadi ini akan menjadi catatan pertama fosil bat fly,” kata Poinar.
Sumber: www.majalahmaya.com
0 komentar:
Post a Comment