Semakin kaya seseorang maka keinginan untuk punya banyak anak makin menurun. Di dunia moderen tingkat kelahiran bayi terlihat menurun seiring dengan makin kayanya perekonomian suatu masyarakat.
Sebuah studi baru dari Swedia mengungkapkan bahwa keluarga yang jumlah anggotanya kecil akan mendorong munculnya generasi penerus yang hidup makmur dan sejahtera. Dengan kata lain orang nggak berani punya banyak anak karena takut keturunannya tidak sejahtera.
Hal ini pun dianggap lumrah karena dalam masyarakat industri memiliki sedikit anak berarti memberikan keuntungan bagi masa depan si anak karena mereka akan mendapatkan hasil investasi dan warisan modal yang cukup besar. Dengan kata lain, keberhasilan sosial-ekonominya akan menurun dari generasi ke generasi.
Dalam studi ini, tim peneliti dari London dan Stockholm mengamati data 14.000 orang yang lahir di Swedia antara tahun 1915-1929 berikut tiga generasi di bawah mereka hingga tahun 2009.
Hasilnya, ditemukan bahwa keluarga yang jumlah anggotanya kecil dan memiliki latar belakang kaya akan mendapatkan nilai akademis yang baik, baik di sekolah maupun universitas serta memperoleh pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi.
Tak berhenti sampai disitu, keuntungan ini akan lebih besar jika orangtuanya juga digolongkan ke dalam masyarakat yang kondisi sosial-ekonominya tinggi.
"Temuan paling menarik dari studi kami adalah semakin kaya nenek moyangnya maka kesejahteraan keluarga keturunannya juga akan semakin baik, apalagi jika anggota keluarganya sedikit," terang David Lawson, seorang pakar antropologi dari University College London.
"Sebaliknya, meski anggota keluarganya sedikit tapi jika nenek moyangnya miskin maka keluarga keturunannya takkan hidup cukup sejahtera karena keberhasilan anak-anak mereka lebih bergantung pada faktor sosial, bukannya investasi dan warisan orangtua yang jumlahnya juga sedikit," tambahnya.
"Studi ini menyentuh salah satu aspek teori Darwin yang banyak diperdebatkan karena dulunya semakin banyak sumber daya yang dimiliki satu spesies maka keturunannya akan semakin banyak. Nyatanya muncul evolusi biologi terkait kasus ini karena tingkat kelahiran yang rendah ternyata berbuah manis, terutama dalam menentukan kondisi sosial-ekonomi keturunannya," ujar ketua tim peneliti Anna Goodman dari London School of Hygiene and Tropical Medicine seperti dilansir dari medindia, Kamis (30/8/2012).
Peneliti pun mengungkapkan rata-rata keturunan yang dimiliki generasi pertama adalah 3,2; lalu generasi kedua 1,7; generasi ketiga sebesar 1,8 dan generasi keempat pada tahun 2009 mencapai rata-rata 0,7.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B.
Sumber: health.detik.com
0 komentar:
Post a Comment