About Me

Sunday, 21 April 2013

Danau Kakaban, Danau Air Asin Paling Unik di Dunia


Danau Kakaban adalah danau terunik di dunia. Danau berair asin ini dihuni oleh beberapa jenis hewan laut yang memang tergolong langka di dunia. Berbagai keunikan ini masih berselimutkan misteri sehingga menjadi teka-teki di kalangan ilmuwan untuk menguaknya.

Kalau Anda penikmat kehidupan di dasar laut, tidak lengkap rasanya kalau belum menjajal keelokan Danau Kakaban yang sensasional. Danau yang secara administratif berada di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, ini sungguh elok memikat.

Ini jelas bukan sembarang danau. Danau yang berada di pulau kecil bernama Kakaban ini sangat unik. Airnya asin. Di dunia, hanya ada dua danau berair asin, yakni Pulau Kakaban dan Kepulauan Micronesia di Samudra Pasifik bagian tenggara.

Mengapa Danau Kakaban seluas sekitar 5 km2 itu berair asin? Secara geologis, danau ini terbentuk sekitar dua juta tahun silam (zaman peralihan Holosin). Proses evolusi kebumian itu sukses menjebak air laut sehingga terpisah dari perairan laut yang mengelilingi Pulau Kakaban seluas sekitar 774,2 hektare. Bersamaan dengan itu, bebatuan yang membendung air laut tadi terus mengalami gerakan tektonik.

Lapisan atas batuan yang tadinya gersang, perlahan tapi pasti, diselimuti humus atau bahan organik yang telah melapuk. Top soil ini mengandung zat hara yang memang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. 

Selama jutaan tahun itulah, pinggir danau berupa karang terjal hingga ketinggian 50 meter itu dihiasi aneka vegetasi yang menghampar bak permadani hijau menyelimuti birunya danau. Di tepi danau, tumbuh aneka jenis mangrove seperti Rhizopora sp dan tanaman vegetasi pantai, di antaranya tanjang tanjang (Bruguiera sp), apiapi (Avicennia sp), dan pidada (Sonneratia sp).

Belum Dipahami



Proses evolusi geologis ini memang tak sepenuhnya dipahami. Para ilmuwan pun terus mencoba membuka tabir misteri yang hingga kini belum terbuka sepenuhnya, termasuk mengapa air danau tersebut memiliki fenomena pasang-surut.

Di luar itu, kondisi ekosistem di Danau Kakaban memang menakjubkan. Danau ini menjadi habitat bagi ubur-ubur (jelly fish) yang unik pula. Hewan bertubuh lunak ini tidak menyengat sebagaimana lazimnya ubur-ubur di perairan lainnya.

Dengan demikian, kita dibuat nyaman dan aman saat berenang bersama lautan ubur-ubur. Tak ada sengatan dan gatal-gatal di kulit. Justru sebaliknya, berenang bersamanya memberikan sensasi yang tak pernah terlupakan.

"Saat saya berenang di danau yang tenang ini, sekelompok ubur-ubur itu menggelitik jari-jari kaki. Karena kadar garamnya tinggi, sungguh mudah untuk mengapung di antara makhluk-makhluk unik selama berjam-jam," kata Stephanie Brookes menuliskan pengalaman berkesannya di Colour edisi April 2013.

Ia mengatakan berenang di antara ubur-ubur dengan berbagai ukuran itu merupakan sensasi yang luar biasa. "Hewan-hewan jinak ini selalu ingin mendekati siapa pun yang berenang di dekatnya," ujar dia.

Menurut catatan, ada empat jenis ubur-ubur yang menghuni Danau Kakaban. Bentuk dan rupanya menawan. Aurelia aurita, misalnya, memiliki tubuh bening transparan seperti piring kaca. Gerakan menarinya lemah gemulai.

Aurelia Aurita                                                                                 Tripedalia Cystophora

Lain halnya dengan Tripedalia cystophora. Ubur-ubur ini berukuran mungil, sebesar ujung jari tangan manusia. Lalu, ada juga ubur-ubur Mastigias papua sebesar kepalan tangan dengan tampang seperti bola lampu pijar berwarna hijau kecokelatan.

 Mastigias Papua                                                                                      Cassiopeia Ornata

Satu jenis lagi ubur-ubur yang menjadi kekhasan Pulau Kakaban, yakni Cassiopeia ornata. Keunikannya, ubur-ubur ini berenang secara terbalik, yakni kaki atau tentakel ke atas.

Ternyata keempat jenis tersebut tidak berbisa atau beracun. Para ilmuwan juga belum berhasil menjawab kenapa semua ubur-ubur itu tak menyengat dan enggan mengeluarkan racun.

Teori yang ada hanya mengatakan bahwa setelah sekian lama berada di danau tersebut, ubur-ubur berevolusi sehingga tak punya nyali untuk menyengat seperti sekarang ini. Entah dengan cara apa, ubur-ubur ini menghindar dari para predatornya.

Kaya Bunga Karang



Menelisik lebih ke dalam, kita juga akan dibuat terpesona dengan kehidupan di dasar danau. Bayangkan, beragam bunga karang (sponge) penuh warna ikut menyemarakkan ekosistem terumbu karang.

Kondisi ini menjadi tolok ukur bagi biota lainnya untuk bergantung padanya. Artinya, pada terumbu karang yang subur, akan hidup aneka jenis biota laut. Begitu pula sebaliknya, jika perairan tak memiliki terumbu karang yang baik, kawasan tersebut sepi dari keragaman hayati.

Tumbuh suburnya terumbu karang di Danau Kakaban membuat beragam jenis ikan betah menyandarkan hidupnya. Mereka bermain, mencari pakan, berlindung, dan berkembang biak di sela-sela karang. Semua keindahan itu terpancar pada siang hari, ketika cuaca cerah menyinarinya.

Menurut Rusli Andar, pemimpin proyek WWF di Berau, setidaknya ada delapan jenis ikan di Danau Kakaban. Di antaranya serinding (Apogon lateralis), puntang (Exyrias puntang), teri karang (Antherinomorus endrachtensis), dan julung-julung (Zenarchopterus dispar). 

"Di samping itu, di akar Rhizopora yang terbenam di tepian Danau Kakaban, banyak ditemukan alga Halimeda dan Caulepa, yang mirip anggur kecil berwarna hijau," ujar Rusli. 

Tak hanya itu, populasi teripang (sea cucumber) juga cukup berlimpah di Danau Kakaban. Teripang merupakan makanan favorit bagi banyak kalangan masyarakat. Maklum, selain terasa gurih, teripang terbukti penuh gizi dan menyehatkan tubuh manusia. 

Di luar spesies-spesies tadi, masih banyak jenis lainnya yang hingga kini masih berkabut misteri alias belum dikenal. Inilah tantangan para ilmuwan untuk menyelami keunikan Danau Kakaban sehingga dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan di kemudian hari.

Anda penasaran? Silakan jelajahi pesonanya. Anda bisa melaju dengan pesawat terbang menuju Tarakan. Lalu, dari sini, sebelum ke Pulau Kakaban, silakan singgah dulu dan berpuas ria di Pulau Derawan dan Pulau Sangalaki.

Di Derawan, misalnya, di saat bulan purnama Anda dapat melihat induk betina penyu bertelur di tepi pantai. Satwa langka ini menggali pasir, bertelur, menguburnya dengan pasir, lalu kembali lagi ke laut. 

Dijamin kedua pulau ini semakin menggenapkan pengalaman Anda mendalami keajaiban perairan Indonesia yang memang tak ada duanya di dunia. b siswo

Kakaban, Surga Dunia yang Mulai Terkoyak

Pulau Kakaban merupakan surga kekayaan biologi yang ada di Indonesia. Kini, keelokan dan keasriannya mulai terkoyak.

Popularitas Pulau Kakaban memang dikenal luas di seluruh penjuru dunia. Para pakar kelautan pun dibuat teperdaya oleh keelokan dan keunikannya.

Tak terkecuali Dr Thomas Tomascik, ahli kelautan dari Kanada. Menurut dia, Pulau Kakaban merupakan surga kekayaan biologi yang ada di Indonesia. Bukan apa-apa, danau berair asin yang terisolasi dari laut ini memiliki komunitas flora dan fauna unik yang belum sepenuhnya diketahui ilmuwan.

Boleh jadi Kakaban menjadi laboratorium alam ilmu pengetahuan yang mahaluas. Begitu juga bagi pemuas kehidupan dasar danau. Terumbu karangnya sangat indah. Ada juga gua-gua dan lorong-lorong di dasar danau yang elok memikat.

"Kehidupan dasar laut itu seolah menjadi surga bagi penyelam," tutur Rusli Andar, pegiat lingkungan dari WWF di Berau. Menurut dia, ada beberapa titik penyelaman yang aduhai eloknya sehingga cocok, baik bagi penyelam pemula maupun yang sudah berpengalaman.

Dengan berbagai keunggulan dan keunikan itulah, kita wajib melindungi dan melestarikan Kakaban sebagai kawasan konservasi alam. Tekad ini perlu digencarkan karena saat ini keelokan dan keasrian Kakaban mulai terkoyak.
Rusli mengungkapkan sampah dan kotoran bertebaran di kawasan tersebut. Maklum, banyak pengunjung dan wisatawan yang membuang sampah sembarangan.

Tak hanya itu, eksistensi biota di kawasan ini juga mulai terancam lantaran populasi manusia yang kian meningkat. Mari kita jaga agar warisan dunia yang berada di Kakaban itu tetap elok dan asri sepanjang masa.

Sumber: http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/117542

1 comment: