Jakarta, ON: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta Kementerian Pertanian meneliti ulang secara lebih rinci produk beras yang diimpor dari Thailand.
Permintaan ini terkait hasil penelitian majalah Consumer Reports yang menyatakan beras Thailand yang beredar di Amerika Serikat, mengandung arsenik. Kandungan bahan kimia itu melebihi ambang wajar, yakni 2,7 sampai 3,9 mikogram per 45 gram beras.
”Untuk berjaga-jaga pemerintah harus lebih teliti melakukan pengawasan terhadap beras yang berasal dari Thailand,” ujar Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (9/10).
Pengawasan yang lebih ketat diperlukan mengingat negara kita adalah salah satu pengimpor beras terbesar dari Thailand, sambungnya lagi.
Kendati mengajurkan pemerintah waspada, Tulus terang mengaku tidak sepenuhnya paham dengan hasil riset yang dilakukan Consumer Reports. Lagi pula tambahnya, jarang ada kejadian beras terkontaminasi arsenik. Biasanya beras terkontaminasi zat klorin yang digunakan sebagai campuran pestisida.
Dimintai komentar soal tersebut, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucky S Slamet mengaku tidak bisa memberikan komentar. Pasalnya pengawasan beras bukan merupakan tanggung jawab instansinya.
Sesuai PP 28 /2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan, BPOM mendapat mandat untuk mengawasi produk makanan/minuman olahan. Sedangkan makanan segar (tanpa diolah) diserahkan pada instansi yang terkait.
Misalnya untuk ikan segar pengawasan diserahkan pada Kementerian kelautan dan Perikanan, beras pada Kementerian Pertanian dan makanan olahan dari industri rumah tangga diserahkan pada masing-masing pemda.
Kendati demikian, pihaknya siap memberi bantuan jika diminta untuk menguji produk yang dicurigai mengandung bahan kimia berbahaya tersebut.
Sumber: http://obornews.com/848-berita-awas_beras_thailand_mengandung_arsenik.html
0 komentar:
Post a Comment