Dari survei di 16 negara, Indonesia jadi "juara" perokok aktif.
Kementerian Kesehatan menemukan bahwa jumlah perokok aktif Indonesia paling tinggi berdasarkan survei yang dilakukan di 16 negara. Survei ini dilakukan Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada 2011, terhadap 16 negara berpenghasilan rendah sampai menengah.
Perokok aktif Indonesia tercatat sebesar 67,0 persen adalah laki-laki dan 2,7 persen perempuan.
"Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi," demikian diungkapkan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, Jumat 21 September 2012.
Sementara itu, jumlah perokok paling banyak nomor dua adalah India, dengan jumlah perokok aktif laki-laki sebesar 47,9 persen dan perempuan 20,3 persen. Peringkat ketiga perokok aktif adalah Filipina dengan jumlah perokok aktif laki-laki 47,7 persen dan perempuan 9,0 persen.
Thailand berada di peringkat empat, dengan jumlah laki-laki 45,6 persen dan perempuan 3,1 persen. Sementara itu, Vietnam memiliki perokok aktif laki-laki sebesar 47,4 persen dan perempuan 1,4 persen. Disusul Polandia yang memiliki perokok aktif laki-laki 33,5 persen dan perempuan 21,0 persen.
"Kementerian Kesehatan bertekad melindungi masyarakat Indonesia dari bahaya penggunaan tembakau, serta terus menegaskan pentingnya kesadaran indvidu dan kolektif akan efek jangka panjang dari penggunaan tembakau yang bukan hanya pada kesehatan, tapi juga pada lingkungan sekitar dan ekonomi," kata Nafsiah.
Atas temuan itu, lebih rinci Kementerian Kesehatan juga menemukan rata-rata 36,1 persen orang dewasa di Indonesia mengonsumsi tembakau dengan merokok atau mengonsumsi tembakau tanpa asap. Sementara itu, rata-rata 31,5 persen atau 54,3 juta orang dewasa saat ini merokok kretek.
Sekitar 1,7 persen atau 2,9 juta orang dewasa saat ini mengonsumsi tembakau tanpa asap dan sekitar 50 persen perokok saat ini berencana atau sedang memikirkan untuk berhenti merokok.
Berdasarkan survei itu pula terungkap bahwa bahaya asap rokok sekunder, ditemukan keterpaparan terhadap asap rokok pada 51,3 persen atau 14,6 juta orang dewasa di tempat kerjanya. Sementara itu, 78,4 persen atau 133,3 juta orang dewasa terpapar di rumahnya.
Paparan asap rokok juga dialami 85,4 persen atau 44,0 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran. "Ini menunjukkan perlunya perlindungan pada para perokok pasif yang membahayakan kesehatannya," kata dia.
Data GATS ini, menurut Nafsiah, dapat digunakan untuk menyusun rencana pengendalian konsumsi tembakau. Adapun tujuan utama adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat terutama generasi muda dari bahaya bahan adiktif yang ada pada rokok.
Sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/353327-indonesia-jadi-negara-pengonsumsi-rokok-teraktif
0 komentar:
Post a Comment