Memasuki era internet, kecanduan terhadap game dan internet tampaknya merupakan masalah yang wajar terjadi karena hampir semua anak-anak dan remaja menyukai permainan model baru ini. Namun bagaimana jika kondisi ini mengganggu kehidupan seseorang dan membuatnya tak bisa melakukan aktivitas lain?
Korea Selatan mungkin satu-satunya negara yang bisa mengidentifikasi dan mengobati kondisi kecanduan terhadap game komputer dan internet. Setelah didaulat sebagai negara dengan broadband internet tercepat di dunia, pemerintah Korsel menghabiskan dana jutaan pertahunnya untuk mengidentifikasi dan mengobati salah satu jenis kecanduan baru ini.
Menurut sebuah studi yang dilakukan pemerintah, ternyata sekitar 8 persen populasi Korsel menderita kecanduan game dan internet. Usia populasi berkisar pada 9-39 tahun.
Akibatnya, Korsel menjadi semacam jendela masa depan bagi sebagian bangsa. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat baru bisa menemukan adanya gelombang kecanduan game dan internet ini ketika infrastruktur teknologinya telah mengalami kemajuan. Negara lain mengaku terlalu cepat untuk menyadari bahwa kecanduan game merupakan gangguan mental tersendiri.
Di Amerika Serikat, kecanduan game dan internet tidak termasuk dalam daftar resmi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ketika direvisi pun, American Psychiatric Association menyatakan bahwa 'Gangguan Penggunaan Internet (Internet Use Disorder) sebagai gangguan yang masih membutuhkan studi lanjutan.
Meski begitu, sejumlah kelompok di Korsel telah bergerak maju untuk mencari pengobatan yang efektif terhadap kecanduan game dan internet ini.
Salah satu pelopornya adalah Dr. Han Doug-Hyun dari Chung-Ang University Hospital di Seoul, ibukota Korsel. Laboratorium tempat Han bekerja mengobati orang-orang yang kecanduan game menggunakan teknik-teknik yang serupa dengan teknik yang dipakai untuk mengobati kecanduan alkohol, termasuk konseling dan terapi virtual-realita (virtual-reality therapy).
Han pun menunjukkan sejumlah tanda peringatan untuk melihat apakah seseorang mengalami kecanduan game dan internet atau tidak, diantaranya seperti dilansir dari CNN, Selasa (7/8/2012):
1. Pola hidup harian terganggu. Jika seseorang memainkan game atau internet sepanjang malam dan baru beristirahat di siang hari, hal itu bisa jadi peringatan agar orang yang bersangkutan segera memperolah bantuan profesional kesehatan.
2. Jika kecanduan game atau internet itu berpotensi membuat pelakunya kehilangan pekerjaan atau berhenti sekolah agar bisa terus online untuk memainkan game digital.
3. Butuh kepuasan yang lebih tinggi. Pecandu game harus bermain semakin hari semakin lama agar bisa mencapai level kepuasan tersendiri dari game tersebut.
4. Sejumlah pecandu game dan internet menjadi mudah marah atau cemas ketika harus melepaskan aktivitas 'utamanya' itu, apalagi jika dipaksa untuk melakukannya.
5. Ketagihan. Pecandu game dan internet mengalami kondisi ketagihan atau selalu butuh memainkan game atau online internet ketika sedang jauh dari dunia digitalnya itu.
Sumber: health.detik.com
Korea Selatan mungkin satu-satunya negara yang bisa mengidentifikasi dan mengobati kondisi kecanduan terhadap game komputer dan internet. Setelah didaulat sebagai negara dengan broadband internet tercepat di dunia, pemerintah Korsel menghabiskan dana jutaan pertahunnya untuk mengidentifikasi dan mengobati salah satu jenis kecanduan baru ini.
Menurut sebuah studi yang dilakukan pemerintah, ternyata sekitar 8 persen populasi Korsel menderita kecanduan game dan internet. Usia populasi berkisar pada 9-39 tahun.
Akibatnya, Korsel menjadi semacam jendela masa depan bagi sebagian bangsa. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat baru bisa menemukan adanya gelombang kecanduan game dan internet ini ketika infrastruktur teknologinya telah mengalami kemajuan. Negara lain mengaku terlalu cepat untuk menyadari bahwa kecanduan game merupakan gangguan mental tersendiri.
Di Amerika Serikat, kecanduan game dan internet tidak termasuk dalam daftar resmi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ketika direvisi pun, American Psychiatric Association menyatakan bahwa 'Gangguan Penggunaan Internet (Internet Use Disorder) sebagai gangguan yang masih membutuhkan studi lanjutan.
Meski begitu, sejumlah kelompok di Korsel telah bergerak maju untuk mencari pengobatan yang efektif terhadap kecanduan game dan internet ini.
Salah satu pelopornya adalah Dr. Han Doug-Hyun dari Chung-Ang University Hospital di Seoul, ibukota Korsel. Laboratorium tempat Han bekerja mengobati orang-orang yang kecanduan game menggunakan teknik-teknik yang serupa dengan teknik yang dipakai untuk mengobati kecanduan alkohol, termasuk konseling dan terapi virtual-realita (virtual-reality therapy).
Han pun menunjukkan sejumlah tanda peringatan untuk melihat apakah seseorang mengalami kecanduan game dan internet atau tidak, diantaranya seperti dilansir dari CNN, Selasa (7/8/2012):
1. Pola hidup harian terganggu. Jika seseorang memainkan game atau internet sepanjang malam dan baru beristirahat di siang hari, hal itu bisa jadi peringatan agar orang yang bersangkutan segera memperolah bantuan profesional kesehatan.
2. Jika kecanduan game atau internet itu berpotensi membuat pelakunya kehilangan pekerjaan atau berhenti sekolah agar bisa terus online untuk memainkan game digital.
3. Butuh kepuasan yang lebih tinggi. Pecandu game harus bermain semakin hari semakin lama agar bisa mencapai level kepuasan tersendiri dari game tersebut.
4. Sejumlah pecandu game dan internet menjadi mudah marah atau cemas ketika harus melepaskan aktivitas 'utamanya' itu, apalagi jika dipaksa untuk melakukannya.
5. Ketagihan. Pecandu game dan internet mengalami kondisi ketagihan atau selalu butuh memainkan game atau online internet ketika sedang jauh dari dunia digitalnya itu.
Sumber: health.detik.com
0 komentar:
Post a Comment