About Me

Friday, 30 March 2012

Racun Tomcat Bisa Jadi Obat Kutil


Serangan tomcat yang marak akhir-akhir ini membuka rahasia khasiat serangga berkaki enam tersebut. Ternyata, racun binatang yang masuk jenis kumbang itu bisa dijadikan obat kutil.
Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia-RSCM Dr dr Tjut Nurul Alam Jacoeb SpKK (K) menjelaskan, racun tomcat atau yang disebut peaderin memiliki sifat merusak sel kulit. Gejala kerusakan sel kulit itu, antara lain, kulit melepuh seperti terbakar.

Nah, sifat racun tomcat itu, menurut Tjut, identik dengan racun cantharidin yang dihasilkan kumbang blister. Selama ini, beberapa dokter kulit menggunakan obat berbahan dasar racun cantharidin tersebut untuk menyembuhkan kutil. Obat ini dioleskan, beberapa hari kemudian kutil bisa copot.

Tjut menuturkan, sampai saat ini, populasi kumbang blister banyak terdapat di Eropa. Karena itu, obat yang berbahan racun cantharidin hingga kini hanya diproduksi di benua biru itu dan tergolong langka. ’’Akibatnya, harganya sangat mahal jika sudah masuk Indonesia,’’ kata dia. Tjut memperkirakan, harga obat dari racun cantharidin itu mencapai Rp1 juta untuk takaran 10 cc.

Berdasar analisis sementara, selain memiliki sifat yang sama, dua racun tersebut juga berasal dari dua spesies kumbang yang masih kerabat dekat. Tomcat dan blister ternyata berasal dari ordo yang sama. Yaitu ordo Coleoptera. ’’Tomcat dan kumbang blister ini hanya berbeda famili. Ordonya sama, bisa jadi racunnya ada kesamaan,’’ katanya di kampus UI, Depok, kemarin.

Meski muncul dua faktor yang menguatkan dugaan racun tomcat bermanfaat layaknya racun kumbang blister, Tjut belum berani menarik kesimpulan yang pasti. Dia meminta ada penelitian lebih mendalam terkait kandungan racun tomcat. ’’Jika memang benar, mahasiswa di sini (UI, Red) bisa membudidayakan tomcat untuk diambil racunnya,’’ tutur Tjut.

Dia menambahkan, jika memang dua racun ini sama manjurnya dan aman untuk obat kutil, tomcat benar-benar sahabat manusia. Saat ini, tomcat sebenarnya sudah menjadi sahabat petani karena merupakan predator pemangsa wereng.

Tidak Sama dengan Herpes

Sesudah mengurai soal potensi pemanfaatan racun tomcat, Tjut memaparkan perkembangan penanganan serangan kumbang penyuka cahaya lampu di malam hari itu. Dia menjelaskan, di daerah-daerah, banyak dokter atau pelayan medis lain yang salah kaprah menangani penyakit karena racun tomcat. Dia menerima laporan saat sidak langsung ke sejumlah daerah.

Tjut menerangkan, akibat dari racun tomcat ini memang mirip dengan penyakit herpes. Akhirnya, ada laporan bahwa para petugas medis memberikan obat herpes kepada pasien. ’’Ini salah kaprah. Yang untung toko obatnya,’’ tegasnya.

Toko obat ditengarai menuai keuntungan dari kesalahan yang diduga disengaja ini. Sebab, obat herpes harganya cukup mahal. Harga obat herpes berkisar ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.

Tjut mencoba meluruskan. Meskipun dampak luka akibat racun tomcat dan harpes mirip, keduanya sangat berbeda. Racun tomcat bisa mengakibatkan kerusakan sel kulit karena mengandung bakteri spesies Peudomonas. Sementara herpes disebabkan oleh virus Herpes. ’’Penyebabnya beda. Jadi, obatnya sangat berbeda. Tidak bisa disamakan,’’ ucap Tjut. Dia meminta dokter atau petugas kesehatan bijak untuk tidak mengeruk keuntungan dari korban racun tomcat.

Dokter, katanya, cukup memberikan kortikosteroid topikal kepada korban tomcat. Jika sudah infeksi, bisa diberikan antibiotik. Tjut juga mengingatkan korban tomcat jangan mengorek luka supaya penyembuhan kulit bisa sempurna.


Sumber: http://www.fajar.co.id/read-20120330000811-racun-tomcat-bisa-jadi-obat-kutil

0 komentar:

Post a Comment