Ada-ada saja cara orang untuk mengurangi berat badan, baik untuk memperbaiki penampilan maupun tujuan kesehatan. Beberapa di antaranya memang efektif, meski sangat ekstrem dan dapat membahayakan kesehatan.
Efektivitas sebuah program diet kadang-kadang hanya dilihat dari bukti empiris saja, tanpa memperhatikan dasar ilmiah. Padahal meskipun berhasil pada seseorang yang pernah mencoba, belum tentu aman bagi oarng kebanyakan.
Berikut ini adalah 8 diet ekstrem yang tidak masuk akal, dikutip dari Forbes, Jumat (16/7/2010):
Diet Cuka Apel
Menurut majalah Allure, sejumlah selebriti Hollywood seperti Heidi Klum dan Fergie termasuk penganut diet ini. Dengan minum 3 sendok teh cuka apel (Apple Cider Vinegar) sebelum makan, diyakini nafsu makan berkurang sekaligus banyak lemak akan terbakar.
Para ahli mengatakan tidak ada bukti ilmiah terhadap anggapan tersebut, bahkan kadar asam yang tinggi dapat membakar dinding perut dan kerongkongan. Namun jika kemudian menjadi sakit, maka anggapan itu menjadi benar karena orang sakit biasanya memang tidak punya nafsu makan.
Diet Cotton Ball (Bola kapas)
Bola kapas yang biasa untuk merawat luka ternyata sering dipakai untuk menurunkan berat badan. Menurut pakar diet David Edelson, MD, beberapa model dan penari sengaja menelannya untuk membuat perut terasa penuh sehingga tidak cepat lapar.
Karena tidak bisa dicerna, maka keberadaan bola kapas di dalam perut sangat berisiko. Para ahli gizi menyarankan, makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan sebenarnya dapat memberi efek serupa tanpa efek samping.
Diet Cacing Pita
Pada awal 1920-an, di Eropa pernah beredar kapsul obat diet dengan cacing pita di dalamnya. Cacing tersebut secara teori dapat menyerap sebagian makanan, sehingga tetap kurus meski banyak makan.
Namun pada praktiknya bantuan dari si cacing tidak pernah bisa dikendalikan. Nutrisi penting juga ikut dimakan, sehingga memicu masalah pencernaan dan kurang gizi.
Diet Pencahar
Salah satu selebriti paling seksi, Beyonce menjaga bentuk tubuh dengan minum pencahar 2 kali sehari. Sedangkan untuk mengatasi rasa lapar, ia hanya mengkonsumsi jus yang berisi campuran lemon dan cabe rawit.
Apapun jenisnya, pencahar umumnya bersifat merusak sistem normal dalam saluran pencernaan. Penggunaan lebih dari 3-7 hari sangat tidak dianjurkan.
Diet Bretharianisme
Di Amerika, diet ini dipopulerkan oleh praktisi yoga, Willey Brooks. Berawal dari keyakinan bahwa sinar matahari dan kekuatan spiritual adalah sumber kehidupan, penganut diet breatharianisme menghindari makan dan minum.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa manusia bisa bertahan hidup hanya dengan sinar matahari. Oleh karenanya, ahli gizi tidak menganjurkan diet semacam ini karena bisa memicu kelaparan.
Diet Freegan alias Diet Gratisan
Diadaptasi dari diet Vegan atau hanya memakan makanan dari tumbuh-tumbuhan, penganut diet ini hanya memakan makanan yang tidak membutuhkan biaya (free) untuk mendapatkannya. Sisa makanan dari orang lain serta tumbuh-tumbuhan liar merupakan sumber nutrisi utama dalam diet ini.
Kalangan dokter mengatakan, tidak ada sisi negatif dari diet semacam ini selama tetap memperhatikan kebersihan. Kalaupun ada, hanya kesannya saja yang menjijikkan.
Diet Fletcherisme
Pada awal tahun 1900-an, Horace Fletcher memperkenalkan metode diet yang cukup ekstrem. Makanan apapun yang dikonsumsi harus dikunyah 100 kali, lalu sari-sari yang bercampur dengan air liur ditelan sementara ampasnya dikeluarkan.
Meskipun memang sangat ekstrem, namun ada dasar ilmiah yang bisa menjelaskan flethcerisme. Menurut pakar gizi, mengunyah makanan secara perlahan dapat mencegah makan berlebihan.
Diet HCG (human chorionic gonadotropin)
Hormon yang berasal dari plasenta ibu hamil ini diyakini dapat membakar lemak. Seseorang yang menyuntikkan hormon ini kemudian hanya mengonsumsi 500 kalori/hari diklaim dapat mengurangi berat badannya hingga 0,5 kg/hari.
Namun para dokter mengingatkan, suntikan hormon sangat berbahaya jika dilakukan tanpa indikasi yang jelas. Selain itu, asupan 500 kalori/hari dinilai.
Sumber: health.detik.com
0 komentar:
Post a Comment