About Me

Wednesday, 16 May 2012

Jangankan Pesawat, Burung Saja Jatuh di Gunung Salak


Jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak selalu dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Terlebih lagi, ada Makam Syekh Hasan yang terletak di Puncak Manik berjarak kurang lebih 8 kilometer dari Cidahu, Sukabumi. Rute ini bisa ditempuh tiga jam jalan kaki. Jalan terjal, tidak dapat dilalui menggunaan kendaraan bermotor.

Dalam hal ini, Sukhoi, walaupun pilotnya senior, dan Sukhoi perusahaan pesawat terbang yang ditakuti Amerika Serikat, karena menggunakan mesin jet tidak boleh sombong.

"Itu kesombongan yang saya maksud. Sekali lagi, di Gunung salak, ada penunggunya, jadi harus ada syarat. Jangankan pesawat, dulu, burung pun jatuh kalau terbang ke Gunung Salak, tepat di atas makam keramat Syekh Hasan," ujar Pemuka Agama Islam di Cijeruk, Kabupaten Bogor, KH Marsa Abdullah saat berbincang kepada Tribunnews.com, di Pasir Pogor, Cijeruk, Bogor, Selasa(15/5/2012).

Syekh Hasan adalah keturunan Sultan Hasanuddin Banten. Syekh memiliki banyak keturunan ulama. Misalnya, di Cijambu, Kecamatan Cigombong ada mendiang KH Jajang Zubaidi.

"Dia ini terkenal dan muridnya banyak sekali se-Jawa Barat, sampai ke Cirebon," kata Pemuka Agama, Habib Mukhsin Barakbah yang tinggal di kaki Gunung Salak, Kampung Palasari, Cijeruk.

Sabtu lalu, KH Marsa menggelar acara ritual masyarakt setempat dengan menyediakan tumpeng di Puncak Manik. Nasi tumpeng disajikan dengan menu petai bakar dan ikan pedak bakar, untuk syarat berdoa meminta kepada Tuhan agar cuaca cerah guna melancarkan evakuasi.

Dia bahkan mengusulkan, hikmah dari peritiwa jatuhnya Sukhoi, perlu semacam ada pengukuhan makam Syekh Hasan menjadi tempat ziarah.

Gunung Salak memang seakan menjadi kuburan buat pesawat terbang. Dalam sepuluh tahun terakhir, 2002-2012 tercatat tujuh kali musibah 'besi terbang', pesawat terbang jatuh dan bangkainya menjadi puing-puing tak bernilai.

Selain Sukhoi yang jatuh saat promosi di udara kepada para calon pembeli asal Indonesia, Rabu pekan lalu, tiga tahun silam, tiga orang tewas saat calon pilot menerbangkan pesawat latih Donner milik Pusat Pelatihan Penerbangan Curug jatuh di Kampung Cibunar, Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, 30 April 2009.

Juni 2008, pesawat Casa 212 milik TNI AU jatuh pada Gunung Salak di ketinggian 4.200 kaki dari permukaan laut yang 18 orang. Sebelumnya, 20 Juni 2004, lima orang tewas dalam musibah pesawat Cessna 185 Skywagon, jatuh di Danau Lido, Cijeruk, Bogor.

Data sebelumnya, tiga orang tewas ketika pesawat Paralayang Red Baron GT 500 milik Lido Aero Sport, jatuh di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor pada 15 April 2004. 7 penumpang tewas dalam musibah helikopter Sikorsky S-58T Twinpac TNI AU jatuh di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, 29 Oktober 2003. Dan 10 Oktober 2002, seorang tewas dalam akibat pesawat Trike bermesin PKS 098 jatuh di Lido, Bogor.

Bukan hanya kecelakaan udara. April 1987, tujuh siswa STM Pembangunan, Jakarta Timur ditemukan tewas setelah terperosok ke jurang di Curug Orok yang memiliki kedalaman 400 meter di punggung gunung.

Gunung setinggi 2221 meter di atas permukaan laut tersebut pernah meletus pada tahun 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.

Gunung Salak memiliki beberapa puncak. Puncak tertinggi disebut Salak I setinggi 2211 meter, disusul puncak Salak II setinggi 2180 meter, dan puncak Sumbul setinggi 1926 meter.

Sumber: tribunnews.com

0 komentar:

Post a Comment