About Me

Thursday 12 April 2012

Saudara Kandung Kena Stroke, Anda Juga Berisiko


Perdebatan mengenai apakah stroke penyakit keturunan atau bukan masih terus berkembang. Namun riset teranyar para ilmuwan Swedia menemukan petunjuk bahwa risiko stroke bisa dilihat dari ada tidaknya saudara kandung yang memiliki riwayat stroke.

Peneliti melaporkan, individu yang memiliki saudara kandung laki-laki atau perempuan dengan stroke, maka risiko mereka terkena stroke bisa naik sampai 64 persen ketimbang mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan stroke.

Bahkan, risiko stroke dapat meningkat lebih tinggi apabila seseorang memiliki saudara kandung dengan stroke saat usianya masih relatif muda. Sebagai contoh, ketika saudara Anda mengalami stroke sebelum usia 56 tahun, maka saudara mereka (adik atau kakak) memiliki risiko terserang stroke hampir dua kali lipat.

Temuan mengacu pada jenis yang paling umum dari stroke - yang disebut stroke iskemik - yang terjadi ketika aliran darah terputus ke otak sebagai akibat dari penyumbatan di pembuluh darah.

"Pasien yang ada di zona risiko terkena serangan jantung atau stroke harus dibuat sadar bahwa faktor genetik mempunyai kontribusi besar," kata pemimpin studi, Dr Erik Ingelsson, seorang profesor epidemiologi kardiovaskular dari Karolinska Institute, Stockholm.

Namun peneliti menegaskan, temuan ini tidak berarti bahwa orang dengan riwayat keluarga stroke ditakdirkan untuk menderita stroke. Ingelsson menambahkan, "risiko keluarga meningkat mungkin tidak hanya disebabkan oleh genetika," katanya.

"Gaya hidup serupa dalam keluarga juga bisa terlibat - dan gaya hidup tentu saja dapat dimodifikasi," tambahnya.

Temuan ini dipublikasikan pada 10 April 2012 dalam Journal Circulation: Cardiovaskular Genetics.

Data American Heart Association mencatat, ada sekitar 700.000 orang Amerika mengalami stroke iskemik setiap tahun.

Untuk mencari tahu bagaimana hubungan antara riwayat keluarga dan risiko stroke, peneliti melibatkan lebih dari 30.700 pria dan wanita yang saudaranya pernah mengalami stroke dan 152.000 orang dewasa yang memiliki saudara kandung tanpa riwayat stroke.

Hasilnya, mereka yang memiliki saudara atau saudari dengan riwayat stroke (61-64 persen) lebih mungkin menderita stroke ketimbang orang yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan stroke.

Sementara individu yang memiliki saudara dengan stroke pada usia 55 tahun atau lebih muda hampir dua kali lipat berisiko terserang stroke. Perbedaan jenis kelamin juga tampaknya tidak terlalu berpengaruh.

Peneliti menekankan, bahwa mereka hanya melihat sebatas insiden stroke dan tidak melihat faktor risiko lainnya seperti tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol. Hal ini berarti peneliti tidak dapat menelusuri sejauh mana faktor genetik mempengaruhi risiko stroke.

"Tetapi jika saudara Anda mengalami stroke, mungkin ide yang terbaik adalah dengan lebih memperhatikan kebiasaan gaya hidup seperti diet dan olahraga, serta memeriksa tekanan darah secara berkala," saran Ingelsson.

Dr Gregg Fonarow, seorang profesor kardiologi dari University of California, Los Angeles, mengatakan bahwa penelitian itu sangat membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang risiko stroke. "Ini memberi kita wawasan tentang risiko keluarga, yang melibatkan kedua genetika, dalam hal tekanan darah tinggi dan risiko kolesterol tinggi, serta riwayat gaya hidup bersama," katanya.

"Jelas, mereka yang memiliki saudara dengan stroke memiliki resiko lebih tinggi, dan harus berusaha untuk mengatasi semua faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk stroke," tambah Fonarow.

Dr Murray Mittleman, direktur unit penelitian epidemiologi kardiovaskular dari Beth Israel Deaconess Medical Center, Boston, mengatakan, meskipun seseorang tidak dapat menghilangkan faktor riwayat keluarga, namun mereka dapat mengontrol risiko melalui intervensi gaya hidup.

"Itu berarti berhentilah merokok jika Anda seorang perokok. Rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah, mempertahankan gaya hidup aktif. Dan pilih makanan yang menyehatkan jantung dengan menjaga keseimbangan yang baik dari lemak sehat, buah-buahan segar dan sayuran, serta jumlah serat yang wajar," jelas Mittleman.


Sumber: health.kompas.com

0 komentar:

Post a Comment