About Me

Saturday 22 September 2012

Studi Menunjukkan Perilaku Anak Terkait dengan Interaksi Sang Ayah


Anak-anak yang ayahnya lebih positif terlibat bersama mereka pada usia tiga bulan memiliki lebih sedikit masalah perilaku pada usia dua belas bulan, menurut penelitian baru yang didanai oleh Wellcome Trust. Studi ini menunjukkan bahwa interaksi orangtua-anak dalam periode dini pasca-kelahiran dapat bermanfaat bagi perilaku anak di kemudian hari.

Gangguan Perilaku adalah masalah psikologis yang paling umum mempengaruhi anak-anak. Gangguan perilaku tersebut terkait dengan berbagai masalah pada masa remaja bahkan ketika dewasa, termasuk kegagalan akademis, kenakalan, penolakan teman sebaya serta kesehatan kejiwaan dan fisik yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa akar masalah perilaku sering terjadi berawal jauh kembali ke tahun-tahun prasekolah.

Studi epidemiologis telah mengidentifikasi sejumlah faktor risiko timbulnya dan kontinuitas masalah perilaku. Di antaranya yang sangat penting adalah karakteristik orang tua dan pola interaksi orang tua-anak. Namun, kebanyakan penelitian mengenai faktor orang tua biasanya hanya fokus pada peran ibu. Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Child Psychology and Psychiatry, para peneliti di Universitas Oxford mempelajari 192 keluarga yang direkrut dari dua unit Rumah Bersalin di Inggris untuk melihat apakah ada hubungan antara interaksi ayah-anak pada periode awal kelahiran dengan perilaku anak.

Dr. Paul Ramchandani, seorang peneliti dan psikiater klinis, yang bekerja di Akademik Unit Psikiatri Anak dan Remaja, Departemen Kedokteran, Imperial College London, memimpin penelitian yang menilai interaksi ayah-bayi di rumah keluarga ketika anak berusia 3 bulan dan membandingkannya terhadap perilaku anak pada usia 12 bulan.

Para peneliti menemukan bahwa aspek-aspek kunci dari interaksi ayah bayi pada fase sangat awal dalam kehidupan anak-anak berhubungan dengan peningkatan risiko masalah perilaku pada anak-anak pada usia dini.

"Kami menemukan bahwa anak-anak yang ayahnya lebih terlibat dalam interaksi memiliki hasil lebih baik, dengan lebih sedikit masalah perilaku pada fase berikutnya. Pada sisi lain, anak-anak cenderung memiliki masalah perilaku lebih besar ketika ayah mereka lebih jauh dan kurang memperhatikannya, atau ketika ayah mereka kurang berinteraksi dengan mereka, "jelas Dr. Ramchandani. "Hubungan ini cenderung lebih kuat untuk anak laki-laki daripada anak perempuan, yang menunjukkan bahwa mungkin anak laki-laki lebih rentan terhadap pengaruh ayah mereka sejak usia dini”.

"Kami belum tahu apakah ayah yang tidak perhatian dan tidak terlibat berinteraksi dengan anaknya benar-benar menyebabkan masalah perilaku pada anak, tetapi hasil penelitian ini meningkatkan kemungkinan bahwa interaksi awal adalah penting."

Para peneliti percaya ada beberapa penjelasan yang mungkin untuk asosiasi ini. Kurangnya keterlibatan ayah dapat mencerminkan masalah yang lebih luas dalam hubungan keluarga, misalnya dengan ayah yang berada dalam hubungan yang bermasalah dengan sang ibu menyebabkan sang ayah kesulitan untuk berhubungan dengan bayinya. Atau, mungkin mencerminkan kurangnya pengawasan yang lebih luas dan berpotensi kurang peduli terhadap bayi, sehingga semakin meningkatkan gangguan perilaku. Kemungkinan lain adalah bahwa perilaku bayi merupakan upaya untuk menimbulkan reaksi orangtua dalam menanggapi kurangnya perhatian orangtua.

Dr. Ramchandani menambahkan: "Fokus pada beberapa bulan pertama kehidupan sang bayi sangat penting, karena ini adalah periode penting untuk perkembangannya dan pada masa ini bayi sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, seperti kualitas perawatan dan interaksi orang tua. Seperti setiap orang tua tahu, membesarkan anak bukanlah tugas yang mudah. Penelitian kami akan menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa intervensi dini dapat membantu orang tua membuat dampak positif pada bagaimana bayi mereka berkembang."

Sumber: http://infokesmas4us.blogspot.com/2012/07/studi-menunjukkan-perilaku-anak-terkait.html

0 komentar:

Post a Comment